Laman

Selasa, 15 Februari 2011

MENGATASI ANAK YANG SUKA MEMBANTAH

Kadang Orang Tua suka Bingung Mengatasi Anak Yang Suka MemBantah

Ada beberapa tips untuk mengatasi anak yang suka membantah

Membantah sebagai protes
Bila sikap membantah muncul pada rentang usia 8 sampai 9 tahun, jelas ini penyebabnya bisa jadi sikap orangtua yang terlalu melindungi atau over protective. Padahal di usia anak 8-9 tahun, anak tidak suka perlindungan yang berlebihan dan bahkan sedang memiliki rasa ingin tahu amat besar terhadap lingkungan. Bila terlalu dibatasi, tentu saja anak cenderung memberontak, menolak, yang kemudian diartikan orangtua sebagai sikap membantah.
Tapi sebaliknya, anak usia dibawah 8 tahun ini pun juga bisa membantah sebagai wujud protes. Misalnya, anak protes yang karena orangtuanya terlalu sibuk, hingga kurang memperhatikan dirinya. Padahal, bagi anak, perhatian dan kasih sayang orang tua merupakan faktor penting bagi keamanan dan kenyamanan hidupnya.
Karena itulah perhatian dan kasih sayang orangtua perlu diukur dalam porsi pas, agar tidak diterima anak terlalu besar dan membuat anak tertekan. Sebalikknya membiarkan anak tanpa aturan pun tidak baik. Ada juga orang tua yang mengartikan perhatian dan kasih sayang dengan menuruti semua keinginan anak dan semua serba boleh. Yang seperti itu juga salah dampaknya nanti anak menjadi susah diatur.

Pola asuh tarik ulur
Kadang sikap membantah juga muncul sebagai suatu bentuk ungkapan perbedaan pendapat. Beda pendapatnya sendiri, tentu sah-sah saja. Karena kita semua memahami bahwa tak mungkin selamanya pendapat orangtua dan anak sering sejalan.
Namun, dibutuhkan sebuah dialog dan kompromi agar perbedaan pendapat ini bisa dijembatani dan tidak hancur hanya dalam kubangan saling membantah. Jembatan akan memudahkan orang tua dan memandang perbedaan untuk dicari jalan tengah, bukan sebagai jalan anak untuk membantah orangtua atau sebaliknya jalan orang tua yang marah pada anak.
Idealnya, pola asuh terbaik menerapkan system demokratis, dimana orang tua mengartikan perhatian dan kasih sayang dengan cara tarik ulur kadang dibatasi namun suatu saat dilepas. Dengan pola asuh ini orang tua mau mendengarkan pendapat atau ide dari anak-anaknya, tapi tetap memberi batas.
Misalnya pada jam 6 malam anak mau menonton televisi. Orangtua tidak langsung melarang karena pasti akan terjadi perbedaan pendapat dan anak membantah, tetapi cobalah bernegoisasi, bahwa anak boleh menonton dengan syarat setelah jam 7 harus belajar. Bila melanggar, konsekuesi yang disepakati harus jelas. Misalnya, besok tidak boleh menonton lagi.
Penerapan dengan cara ini bisa meyakinkan anak bahwa orangtua memberikan kepercayaan  sekaligus memintanya menjaga tanggung jawab dan disiplin.
Bangun kepercayaan dan jadilah sahabat anak
Meski demikian masa peralihan dari anak menuju dewasa, memang merupakan masa kritis pada anak, sehingga orangtua perlu memahaminya pula. Bila dimasa sebelumnya belum terbangun kepercayaan yang kokoh, orientasi anak tentu akan lebih dominan tersedot pada teman sebayanya. Maka jurus jitu untuk menjadi sahabat anak dimasa peralihanya adalah dengan membangun komunikasi yang efektif, sejak sekarang.

Tips Mengatasi Anak Susah Makan

Sering kali Ibu-ibu di buat bingung oleh anaknya yang sulit makan apalagi anak lagi aktif2nya!
Berikut sekilas bahasan penyebab anak susah makan & tips singkat mengatasinya : 

1. Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan. 
Menu makan saat bayi (> 6 bl) yg itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yg campur aduk antara lauk pauk spt makanan diblender jadi satu. Sama spt 
orang dewasa, kalau kita makan dg menu yg sama tiap hari dan disajikan dg campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga dg pengenalan makanan kasar. 

Tips : Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak min. selama 1 minggu utk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pinter-pinter- nya ibu memberikan makanan bervariasi. Spt kalau anak gak mau nasi, kan bisa diganti dg roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb. Penyajian makanan yg menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dg lauk pauknya. Hias dg aneka warna & bentuk. Jika perlu cetak makanan dg cetakan kue yg lucu. 


2. Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan , sehingga anak tidak merasa lapar. Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah kekenyangan. 

Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu 
makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat spt potongan buah, sayur 
kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb. 

3. Minum susu terlalu banyak 
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang bisa menggantikan makanan utama spt nasi, sayur & lauk pauknya Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu..Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1th, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan 
dalam ikan-ikanan, sayur & buah. 

Tips : Kurangi susu ! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dg berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua. 

4. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya. 
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yg dilakukan ortunya ygmempengaruhi perilaku makan anak. Mis. anak yang tumbuh dalam 
lingkungan keluarga yang malas makan (ex. diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak gak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga spt kebiasaan ortu ketika menenangkan anak yg sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan. 

Tips : 
Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar & menerapkan semua hal yg ia dapat dari lingk sekitarnya, terutama ortunya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Gak perlu takut berantakan. Feeding is about learning. 

5. Munculnya sikap negativistik รจ fase normal yg dilewati tiap anak. 
Pada usia >2 th, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang gak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . Jadi batita umumnya ditandai dengan AKU, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Nah banyak ortu yg gak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada ortu yg mengancam anaknya bahkan memukul. Cara2 tsb harus dihindari. 

Justru semakin anak pd usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang 
sampai dewasa emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa. 

Tips : Pahami kondisi anak dg baik. Jadilah ortu yg otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yg baik dg anak. Bersabarlah menghadapi anak. 
Kan rumah adalah madrasah pertama & utama bagi anak. 


6. Anak sedang sakit / sedih 
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan krn anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan cerewet, maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan. 

Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yg baik. Jangan paksakan anak kalau gakmau makan. Beri makanan ringan yg padat kalori, spt makaroni skutel, dsb. 

Yg jelas dan perlu diingat baik2 oleh tiap ortu adalah, seberapapun anak gak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan ! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan. 

Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, bina komunikasi yg baik, terus belajar menjadi ortu & memahami kondisi anak, dan bersabar. . 
sumber : milis SEHAT(Luluk Lely Soraya )